Saturday, March 22, 2008

Kabar dari rumah

Hari ini anakku Lex yang di Jogya SMS: ma, telp aq dunks.

Suaranya antusias menanyakan kabar adik-adiknya. Sambil bercerita sekonyong-konyong timbul rasa kangen yang luar biasa. Rasanya baru kemarin aku melahirkannya dengan susah payah (kayaknya kurang pas, lebih tepat hampir mati), menatahnya berjalan satu-satu, lalu tiba-tiba ia besar menjadi remaja pembangkang.. Kecintaannya pada musik, mungkin menurun dari aku yang berdarah seni, sehingga musik pula yang bisa merekatkan kami kembali bila perang besar terjadi diantara kami.


Kadang aku tak habis pikir apa yang membuat anak remajaku berbeda dengan anak temanku? Anak temanku selalu tampak manis. Aku-abang selalu di pihak berlawanan dengan Lex.


Aku dan abang tak pernah minat yang muluk-muluk kok (salah ya?). Yang penting anak-anak kami pandai, jujur, rajin, no drugs.

Waktu TK aku paling sering dipanggil guru Lex karena anakku mencakar kawannya, manjat ke pohon tinggi tak mau turun, kawan perempuannya digodain sampai nangis...
Sejak SD - SMA kalau terima raport Lex, aku dan abang saling tunjuk siapa yang bertugas ambil raport. Soalnya itu bukan pekerjaan yang menyenangkan. Pasti bakal di nasehati wali kelas karena nilai raport. Padahal kurang apa fasilitas yang kami sediakan. Les ayo, buku ayo bahkan bebas tugas rumah tangga dari Senin sampai Jumat. Karena kesibukan kantor abang jarang memantau anak-anak pada hari kerja. Kalau libur abang baru mengajak anak-anak entah itu doorsmeer mobil, betulin sepeda, pangkas rambut, entah apalagi kegiatan bersama yang dapat mendekatkan mereka.

Tapi selalu saja tingkahnya menyebalkan. Keras kepala kalau dinasehati. Berantem melulu dengan adik-adiknya. Semua dalam kategori stadium empat.

Dilain sisi Lex membanggakan aku di bidang musik. Sejak SMP bandnya pernah juara sekotamadya. Sering mengisi acara kecil-kecilan. Lagu ciptaannya pernah masuk final lomba cipta lagu se Indonesia. Dan seterusnya.

Sebagai ibu bisa dibayangkan kan aku berdoa siang malam supaya anakku yang anak band ini harus mampu "say no to drugs". Meskipun sekarang ia jauh di mata, aku percaya doa yang kupanjatkan akan dipenuhi Bapa di Surga yang akan menjaga dia dari apapun yang tidak menyenangkan hati Tuhan.

Sekarang, saat mendengar suaranya lagi yang sekedar ingin tahu kabar dari rumah, aku tahu... Dibalik pribadinya yang unik, sebenarnya dia sayang pada keluarga. Aku belum pernah dengar dia menunjukkan perasaannya sampai akhirnya dia tadi bilang :"I love you mom. Beliin aku tiket pulang Natal nanti ya.."

Aku kok jadi ingat kata seorang teman pada anaknya : Jangan pernah menjadikan orangtuamu, musuh. Jangan pernah.


Love u 2, Lex.

Mom

No comments: